Makalah Persepsi dan Pengambilan Keputusan


MAKALAH
PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PERILAKU ORGANISASI
Dosen Pengampu :
ElizaSilviana



Disusun oleh : MBS 3 D
Kelompok : 04
1.     Budi Ahmad Romadhon        (12405173151)
2.     Putri Sejati                              (12405173160)
3.     Daryanti                                  (12405173174)

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini membahas mengenai “PERSEPSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN”. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “PERILAKU ORGANISASI”. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan dan selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tak lupa kami ucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu yaitu :
1.      Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag. , selaku rektor IAIN Tulungagung
2.      Eliza Silviana selaku dosen pengampu
3.      Dan semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan yang tidak dapat disebutkan satu-satu, kami ucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberi bermanfaat bagi kita semua.



Tulungagung, September 2019

Penyusun









DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................................4
Rumusan Masalah..........................................................................................4
Tujuan Pembahasan.......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
Pengertian persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi..............5
Hubungan persepsi dan pengambilan keputusan ...........................................6
Proses pengambilan keputusan......................................................................7
Etika pengambilan keputusan........................................................................8

BAB III PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................9
Saran............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Banyak cara atau gaya dalam pengambilan keputusan. Ada orang yang cenderung menghindari masalah, ada juga yang berusaha memecahkan / menyelesaikan masalah, bahkan ada yang mencari-cari masalah. Pada prinsipnya, cara pengambilan keputusan mengacu pada bagaimana seseorang mengolah informasi, apakah lebih dominan menggunakan pikirannya, ataukah dengan perasaannya. Setelah semua informasi diperoleh melalui fungsi persepsi, maka seseorang harus melakukan sesuatu dengan informasi tersebut. Informasi tersebut harus diolah untuk memperoleh suatu kesimpulan guna mengambil suatu keputusan ataupun membentuk suatu opini. Ada gambaran preferensi mengenai dua cara yang berbeda tentang bagaimana seseorang mengambil keputusan ataupun memberikan penilaian, yaitu dengan berfikir menggunakan akal pikiran dan menggunakan perasaan atau dengan persepsi. Salah satu cara untuk mengambil keputusan adalah dengan mempergunakan perasaan dan persepsi. Perasaan disini bukan berarti emosi, melainkan dengan mempertimbangkan dampak dari suatu putusan terhadap diri sendiri dan/atau orang lain. Apakah manfaatnya bagi diri sendiri dan/atau orang lain (tanpa mempersyaratkan terlebih dahulu bahwa hal tersebut haruslah logis).
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi?
2.      Bagaimana hubungan persepsi dan pengambilan keputusan?
3.      Apa saja proses pengambilan keputusan?
4.      Apa saja etika pengambilan keputusan?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui Pengertian persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
2.      Mengetahui Hubungan persepsi dan pengambilan keputusan
3.      Mengetahui Proses pengambilan keputusan
4.      Mengetahuin Etika pengambilan keputusan



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian persepsi dan faktor-faktor pengambilan keputusan
1.      Pengertian persepsi
Rakhmat Jalaludin (1998: 51) berpendapat bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi. Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi  pengambilan keputusan sebagai suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang lebih sederhana dikemukakan oleh Hani Handoko (1997), pembuatan keputusan adalah kegiatan yang menggambarkan proses melalui mana serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.
2.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi 
Apa yang diperhatikan seseorang dapat berbeda dengan apa yang diperhatikan orang lain. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor  yang berada dalam diri orang yang mempersepsi, faktor yang berada dalam obyek yang sedang dipersepsi, dan faktor situasi.
Menurut Stephen P.Robbin, faktor yang berada dalam diri yang mempersepsi (perceiver) berupa attitude, motive, interest, experience, dan expectation. Kemudian, faktor yang berada dalam objek yang dipersepsi (target) berupa novelty, motion, sounds, size, backround,dan proximit. Dan faktor yang berada dalam situasi berupa bentuk, work setting, dan social setting . Lebih jelasnya terlihat seperti dalam gambar dibawah ini:
  
a.        Faktor yang Berada dalam Situas.
Suatu objek yang dipersepsi senantiasa berada dalam satu situasi waktu dan lingkungan (social, kerja, atau lainnya). Situasi tersebut dapat mempengaruhi persepsi pada objek, peristiwa, atau orang. Kemudian, work setting yang berupa ruang/lingkungan kerja juga turut berpengaruh. Work setting dipabrik berbeda dengan work setting di kantor manajer. Ruang kantor menjadi stimulus yang dengan berbagai peralatannya dan orang-orang yang berada dalam kantor tersebutberpakaian rapi dapat mempersepsi bahwa pekerjaan dkantor tersebut bergaji besar dan menyenangkan. Padahal, kenyataannya bias sebaluknya.
Sedangkan, social setting mengacu kepada suatu peristiwa, misalnya ditempat beribadah, dalam acara wisuda, dalam acara pesta, atau dalam suatu rapat tertentu. Seorang yang berada
ditempat, Ibadah dapat dipersepsi sebagai orang-orang baik.

b.    Faktor Orang yang Mempersepsi (Perceiver)
Faktor yang berada dalam diri yang mempersepsi (Perceiver) meliputi sikap, motif, interest, experience, dan  expectation. Sikap berarti pernyataan evaluatif. Sikap dapat dipengaruhi oleh nilai yang dianut seseorang-berupa sikap positif atau negatif, dan senang atau tidak senang-terhadap suatu objek yang dapat mempengaruhi persepsi.
Motif sebagai suatu keinginan atau kebutuhan seseorang pun dapat memperngaruhi persepsi. Misalnya, seseorang yang memiliki kekuasaan yang tinggi mempersepsi jabatan kepemimpinann yang dia emban untuk memaksa bawahan berperilaku seperti apa yang dia inginkan. Lain halnya, dengan orang yang mempunyai motif aktualisasi yang tinggi , ia menganggap jabatan tersebut sebagai tugas untuk meningkatkan produksi.
Interest sebagai sesuatu yang sangat diperhatikan seseorang dapat diperngaruhi oleh pengalaman atau latar belakang orang tersebut . Seseorang akan mempersepsi sesuatu yang berbeda dengan orang, tergantung pada interest yang dimiliki orang tersebut.
Experience atau pengalaman dapat mempengaruhi salah satu segi dari suatu objek atau peristiwa yang sangat diperhatikan oleh seseorang. Mialnya, seseorang yang sering ditipu atau dibohongi orang lain akan mempersepsi maksud baik orang lain sebagai suatu penipuan. Padahal, kenyataanya tidak demikian. Dan selanjutnya ialah expectation atau harapan-harapan seseorang terhadap sesuatu akan dapat mempengaruhi persepsi.



c.    Faktor yang Berada dalam Objeck (Targets)
Faktor yang berada dalam objek yang dipersepsi terdiri dari novelty (kebaruan), motion (gerak), sound (suara), size (ukuran), backround (latarbelakang), dan proximity (kedekatan).
Novelty (kebaruan) yaitu sesuatu yang baru akan lebih diperhatikan dan menjadi dasar hukum dalam pemaknaan. Sesuatu yang baru dapat dipersepsi lebih bagus daripada sesuat yang lama. Motion (gerak) dapat mempengaruhi persepsi. Gerakan dapat mempengaruhi perhatian. Sound (nada) dapat mempengaruhi persepsi dalam suatu hal. Misalnya seseorang yang berbicara dengan keras dipersepsikan sebagai orang yang kasar.
Beberapa objek yang secara fisik memiliki kedekatan (proximity) cenderung sering dinyatakan sama, sejenis, atau kelompok. Misalnya, beberapa kejadian yang memiliki kedekatan waktu cenderung dipersepsikan berkaitan. Padahal, kenyataannya tidak berkaitan. Backround (latarbelakang) dapat mempengaruhi persepsi. Ini akibat perhatian pada latar belakang suatu objek yang berbeda.

d.    Persepsi terhadap Orang Lain
Secara lebih spesifik, penyimpanan persepsi pada manusia dapat terjadi dalam beberapa bentuk yang, menurut Stephen P.Robbin terdiri dari :
1.      Stereotyping, yaitu penilaian yang diberikan oleh seseorang ke orang lain berdasarkan ciri-ciri spesifik yang memiliki kelompok dimana orang tersebut berasal.
2.      Hallo Effect, yaitu memberikan kesan umum untuk seseorang didasarkan pada satu ciri pribadi .
3.      Projection, yaitu menyimpulkan seseorang berdasarkan cirri yang dimiliki oleh orang yang mempersepsi.
4.      Selective Perseption, yaitu seseorang yang melihat sesuatu ,pada kepentingan, latar belakang, harapan-harapan.          
B.     Hubungan persepsi dan pengambilan keputusan
Individu mengambil keputusan, pilihan yang dibuat dari dua atau lebih alternatif. Manajer puncak menentukan sasaran organisasi mereka, produk atau jasa apa yang akan ditawarkan, cara terbaik apa untuk mendanai operasional, atau dimana lokasi sebuah pabrik manufaktur baru. Manajer level menengah dan level rendah menetapkan jadwal produksi, memilih pekerja – pekerja baru, dan menentukan bagaimana alokasi kenaikan gaji. Oleh karena itu pengambilan keputusan individu merupakan bagian penting dari perilaku organisasi. Tetapi cara individu mengambil keputusan dan kualitas pilihannya sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka. Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas masalah yaitu sebuah perbedaan antara situasi sekarang dan yang diinginkan, yang mengharuskan kita mempertimbangkan alternatif – alternatif tindakan. Setiap keputusan membutuhkan kita untuk menginterpretasi dan mengevaluasi informasi. Kita umumnya menerima data dari banyak sumber yang perlu kita saring, proses dan interpretasi. Data mana yang relevan bagi keputusan dan mana yang tidak ? Persepsi kita akan menjawab pertanyaan itu. Kita juga perlu mengembangkan alternatif dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya. Sekali lagi, proses perseptual kita akan mempengaruhi hasil akhir. Selama proses pengambilan keputusan, kesalahan perseptual sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.
C.    Proses pengambilan keputusan
1.      Operational Research/Riset Operasi ; Penggunaan metode saintifik dalam analisa dan pemecahan persoalan.
2.      Linier Programming ; Riset dengan rumus matematis.
3.       Gaming War Game ; Teori penentuan strategi.
4.       Probability ; Teori kemungkinan yang diterapkan pada kalkulasi rasional atas hal-hal tidak normal.
Proses Pengambilan Keputusan
Menurut G. R. Terry :
1. Merumuskan problem yang dihadapi
2. Menganalisa problem tersebut
3. Menetapkan sejumlah alternatif
4. Mengevaluasi alternatif
5. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan
Menurut Peter Drucer :
a. Menetapkan masalah
b. Manganalisa masalah
c. Mengembangkan alternatif
d. Mengambil keputusan yang tepat
e. Mengambil keputusan menjadi tindakan efektif
Bentuk bentuk pengambilan keputusan (decision  making)
Pengambilan keputusan merupakan bagian terpenting  dari manajer , yang dihubungkan dengan pelaksanaan perencanaan, dalam hal memutuskan tujuan yang akan dicapai, sumber daya yang akan dipakai, siapa yang melaksanakan, siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan yang diserahkannya dll. Bentuk keputusan ini bisa berupa keputusan yang di program atau tidak, bisa juga di bedakan antara keputusan yang dibuat antara kondisi kepastian , resiko dan ketidak pastian. Keputusan terprogram yaitu keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur yang terjadi secara rutin dan berulang-ulang. contoh: penetapan gaji pegawai, prosedur penerimaan pegawai baru, prosedur kenaikan jenjang kepegawaian dan sebagainya. Keputusan tidak terprogram yaitu keputusan yang dibuat karena terjadinya masalah masalah khusus atau tidak biasanya.contoh: pengalokasian sumber daya - sumber daya organisasi,penjualan yang merosot tajam, pemakaian teknologi yang termodern,dan lain sebagainya.Herbert A. Simon mengemukakan teknik-teknik tradisional dan modern dalam pembuatan keputusan yang terprogram dan tidak terprogram.
Teknik pembuatan keputusan tradisional dan modern:
Tipe-tipe keputusan
Teknik-teknik pembuatan keputusan
Tradisional
Modern
Diprogram:
Keputusan-keputusan rutin dan berulang-ulang.organisasi mengembangkan proses-prose khusus bagi penangannya.
1.      Kebiasaan
2.      Kegiatan rutin:prosedur-prosedur pengoperasian standar
3.      Struktur organisasi pengharapan umum system tujuan saluran-saluran informasi yang disusun dengan baik
1.      Teknik-teknik riset operasi:analisa matematik model-model simulasi computer
2.      Pengolahan data elektronik
Tidak diprogram:
Keputusan-keputusan sekali pakai,kebijaksanaaan disusun tidak sehat.ditangani dengan proses pemecahan masalah umum
1.      kebijaksanaan instuisi dan kreatifitas
2.      coba-coba
3.      seleksi dan latihan para pelaksana
Teknik pemecahan masalah yang diterapkan pada:
a.       Latihan membuat keputusan
b.      Penyusunan program-program computer “heutistic”

D.    Etika pengambilan keputusan
Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu:
1.      Utilitarian, Keputusan-keputusan yang diamabil semata-mata atas dasar hasil atau konsekuensi mereka. Tujuannya adalah memberikan kebaikan yang terbesar untuk jumlah yang terbesar. Pandangan ini cenderung mendominasi pengambilan keputusan bisnis, seperti efisiensi, prokduktifitas dan laba yang tinggi.
2.      Universalisme (duty), Ini menekankan pada baik buruk nya perilaku tergantung pada niat (intention) dari keputusan atau perilaku. Paham ini adalah kebalikan (contrast) dari utilitarianisme. Berdasarkan prinsip Immanuel Kant (categorical imperative), paham ini mempunyai dua prinsip. Pertama, seseorang seharusnya memilih suatu perbuatan. Kedua, orang - orang lain harus diperlakukan sebagai akhir (tujuan), bukan sekedar alat untuk mencapai tujuan.
3.      Penekanan pada hak, Kriteria ini memberikan kesempatan kepada individu untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasandan keistimewaan mendasr seperti dikemukakan dalam dokumen - dokumen (contoh Piagam Hak Asasi). Suatu tekanan pada hak dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi hak dasar dari individu.
4.      Penekanan pada keadilan, Ini mensyaratkan individu untuk menegakan dan memperkuat aturan - aturan yang adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan biaya yang pantas. Keadilan distributif, perilaku didasarkan pada satu nilai keadilan.
5.      Relativisme (self-interest), Ini menekankan bahwa baik buruknya perilaku manusia didasarkan pada kepentingan atau kebutuhan pribadi (self-interest and needs). Dengan demikian, setiap individu akan mempunyai kriteria moral yang berbeda dengan individu lainnya, atau akan terjadi perbedaan kriteria moral dari satu kultur ke kultur lainnya.
Langkah-langkah untuk mengambil keputusan yang beretika yaitu:
1.      Mengidentifikasi fakta dan seluruh kelompok pemangku kepentingan serta kepentingannya yang terpengaruh.
2.      Merangking pemangku kepentingan dan kepentingannya, mengidentifikasi yang terpenting dan memberikan bobot terhadapnya lebih dari isu yang lain dalam analisis.
3.        Menilai dampak tindakan yang ditawarkan pada masing-masing kepentingan kelompok pemangku kepentingan dengan memperhatikan keberadaan mereka, perlakuan adil, dan hak lainnya, termasuk harapan kebajikan, menggunakan kerangka kerja pertanyaan secara menyeluruh dan meyakinkan bahwa perangkap umum yang dibicarakan kemudian tidak masuk dalam analisis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan          
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh oleh setiap individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterprestasikan apa yang ia lihat, interprestasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi individu yang melihat. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi terdiri dari sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan. Teori persepsi, persepsi yang diberikan terhadap orang akan berbeda dengan persepsi terhadap objek mati, terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan cara membuat penilaian mengenai orang lain atau persepsi orang adalah teori atribusi; teori yang mengarahkan bagaimana kita mengamati perilaku individu dan mencoba menentukan apakah masalah tersebut ditimbulkan secara internal atau eksternal.

DAFTAR PUSTAKA
P. Robbins, Stephen, “Perilaku Organisasi”, Prentice Hall, 2001, Jilid 1 Bab 5
Tunggal, Amin Widjaja. Kamus Manajemen SDM dan Perilaku Organisasi. 1997. Jakarta: Rineka Cipta
Atmosudirdjo, Prajudi. 1978.  Pengambilan Keputusan (decisions making), Cetakan kedelapan. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Suprihanta John.Manajemen umum sebuah pengantar.Yogyakarta.BPFE Yogyakarta. 1988.
(2013).pendekatandalampengambilankeputusan.http://juprilumbantoruan.blogspot.co.id/2013/10/pendekatan-dalam-pengambilan-keputusan.html. 09 Oktober 2015.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Bisnis Syariah Sebagai Pekerjaan Mulia

Makalah wirausaha dan wiraswasta