Makalah Persepsi dan Pengambilan Keputusan
MAKALAH
PERSEPSI DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Diajukan Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah
“PERILAKU ORGANISASI”
Dosen Pengampu :
ElizaSilviana
Disusun oleh : MBS 3 D
Kelompok : 04
1. Budi Ahmad Romadhon (12405173151)
2. Putri Sejati (12405173160)
3. Daryanti (12405173174)
JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada
Allah Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di
dalamnya. Makalah ini membahas mengenai “PERSEPSI PENGAMBILAN
KEPUTUSAN”. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah “PERILAKU ORGANISASI”. Kami
juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi
cukup banyak rintangan dan selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu tak lupa kami ucapkan terima kasih pada pihak-pihak
yang telah membantu yaitu :
1.
Bapak
Dr. Maftukhin, M.Ag. , selaku rektor IAIN Tulungagung
2.
Eliza Silviana selaku
dosen pengampu
3.
Dan
semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan yang tidak dapat
disebutkan satu-satu, kami ucapkan terima kasih.
Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi
lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberi bermanfaat bagi kita
semua.
Tulungagung,
September 2019
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL.......................................................................................i
KATA
PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR
ISI..................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang...............................................................................................4
Rumusan
Masalah..........................................................................................4
Tujuan Pembahasan.......................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi..............5
Hubungan persepsi dan pengambilan keputusan
...........................................6
Proses pengambilan keputusan......................................................................7
Etika pengambilan
keputusan........................................................................8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................9
Saran............................................................................................................9
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Banyak cara atau gaya dalam pengambilan keputusan. Ada
orang yang cenderung menghindari masalah, ada juga yang berusaha memecahkan /
menyelesaikan masalah, bahkan ada yang mencari-cari masalah. Pada prinsipnya,
cara pengambilan keputusan mengacu pada bagaimana seseorang mengolah informasi,
apakah lebih dominan menggunakan pikirannya, ataukah dengan perasaannya.
Setelah semua informasi diperoleh melalui fungsi persepsi, maka seseorang harus
melakukan sesuatu dengan informasi tersebut. Informasi tersebut harus diolah
untuk memperoleh suatu kesimpulan guna mengambil suatu keputusan ataupun
membentuk suatu opini. Ada gambaran preferensi mengenai dua cara yang berbeda
tentang bagaimana seseorang mengambil keputusan ataupun memberikan penilaian,
yaitu dengan berfikir menggunakan akal pikiran dan menggunakan perasaan atau
dengan persepsi. Salah satu cara untuk mengambil keputusan adalah dengan
mempergunakan perasaan dan persepsi. Perasaan disini bukan berarti emosi,
melainkan dengan mempertimbangkan dampak dari suatu putusan terhadap diri sendiri
dan/atau orang lain. Apakah manfaatnya bagi diri sendiri dan/atau orang lain
(tanpa mempersyaratkan terlebih dahulu bahwa hal tersebut haruslah logis).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian persepsi
dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi?
2.
Bagaimana hubungan
persepsi dan pengambilan keputusan?
3.
Apa saja proses
pengambilan keputusan?
4.
Apa saja etika
pengambilan keputusan?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui Pengertian
persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
2.
Mengetahui Hubungan
persepsi dan pengambilan keputusan
3.
Mengetahui Proses
pengambilan keputusan
4.
Mengetahuin Etika
pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian persepsi dan faktor-faktor pengambilan keputusan
1.
Pengertian
persepsi
Rakhmat Jalaludin (1998: 51) berpendapat bahwa
persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Ruch (1967: 300), persepsi
adalah suatu proses tentang petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman
masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran
yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa
persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola
stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa
persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang
individu. Persepsi adalah suatu proses
yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera
mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi
seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang
didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu
sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku
organisasi. Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi pengambilan keputusan sebagai suatu proses
kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat
dianalisa, diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta
ketelitian yang lebih besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan.
Definisi yang lebih sederhana dikemukakan oleh Hani Handoko (1997), pembuatan
keputusan adalah kegiatan yang menggambarkan proses melalui mana serangkaian
kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Apa yang diperhatikan seseorang dapat berbeda dengan apa yang diperhatikan
orang lain. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada
dalam diri orang yang mempersepsi, faktor yang berada dalam obyek yang sedang
dipersepsi, dan faktor situasi.
Menurut Stephen P.Robbin, faktor yang berada dalam diri yang mempersepsi (perceiver) berupa attitude, motive, interest, experience, dan expectation. Kemudian, faktor yang berada dalam objek yang dipersepsi (target) berupa novelty, motion, sounds, size, backround,dan proximit. Dan faktor yang berada dalam situasi berupa bentuk, work setting, dan social setting . Lebih jelasnya terlihat seperti dalam gambar dibawah ini:
Menurut Stephen P.Robbin, faktor yang berada dalam diri yang mempersepsi (perceiver) berupa attitude, motive, interest, experience, dan expectation. Kemudian, faktor yang berada dalam objek yang dipersepsi (target) berupa novelty, motion, sounds, size, backround,dan proximit. Dan faktor yang berada dalam situasi berupa bentuk, work setting, dan social setting . Lebih jelasnya terlihat seperti dalam gambar dibawah ini:
a.
Faktor yang Berada
dalam Situas.
Suatu objek yang dipersepsi senantiasa berada dalam satu situasi waktu dan
lingkungan (social, kerja, atau lainnya). Situasi tersebut dapat mempengaruhi
persepsi pada objek, peristiwa, atau orang. Kemudian, work setting yang berupa
ruang/lingkungan kerja juga turut berpengaruh. Work setting dipabrik berbeda
dengan work setting di kantor manajer. Ruang kantor menjadi stimulus yang
dengan berbagai peralatannya dan orang-orang yang berada dalam kantor
tersebutberpakaian rapi dapat mempersepsi bahwa pekerjaan dkantor tersebut
bergaji besar dan menyenangkan. Padahal, kenyataannya bias sebaluknya.
Sedangkan, social setting mengacu kepada suatu peristiwa, misalnya ditempat beribadah, dalam acara wisuda, dalam acara pesta, atau dalam suatu rapat tertentu. Seorang yang berada
Sedangkan, social setting mengacu kepada suatu peristiwa, misalnya ditempat beribadah, dalam acara wisuda, dalam acara pesta, atau dalam suatu rapat tertentu. Seorang yang berada
ditempat, Ibadah dapat dipersepsi
sebagai orang-orang baik.
b. Faktor Orang yang Mempersepsi (Perceiver)
Faktor yang berada dalam diri yang mempersepsi (Perceiver) meliputi sikap,
motif, interest, experience, dan expectation. Sikap berarti pernyataan
evaluatif. Sikap dapat dipengaruhi oleh nilai yang dianut seseorang-berupa
sikap positif atau negatif, dan senang atau tidak senang-terhadap suatu objek
yang dapat mempengaruhi persepsi.
Motif sebagai suatu keinginan atau kebutuhan seseorang pun dapat memperngaruhi persepsi. Misalnya, seseorang yang memiliki kekuasaan yang tinggi mempersepsi jabatan kepemimpinann yang dia emban untuk memaksa bawahan berperilaku seperti apa yang dia inginkan. Lain halnya, dengan orang yang mempunyai motif aktualisasi yang tinggi , ia menganggap jabatan tersebut sebagai tugas untuk meningkatkan produksi.
Interest sebagai sesuatu yang sangat diperhatikan seseorang dapat diperngaruhi oleh pengalaman atau latar belakang orang tersebut . Seseorang akan mempersepsi sesuatu yang berbeda dengan orang, tergantung pada interest yang dimiliki orang tersebut.
Experience atau pengalaman dapat mempengaruhi salah satu segi dari suatu objek atau peristiwa yang sangat diperhatikan oleh seseorang. Mialnya, seseorang yang sering ditipu atau dibohongi orang lain akan mempersepsi maksud baik orang lain sebagai suatu penipuan. Padahal, kenyataanya tidak demikian. Dan selanjutnya ialah expectation atau harapan-harapan seseorang terhadap sesuatu akan dapat mempengaruhi persepsi.
Motif sebagai suatu keinginan atau kebutuhan seseorang pun dapat memperngaruhi persepsi. Misalnya, seseorang yang memiliki kekuasaan yang tinggi mempersepsi jabatan kepemimpinann yang dia emban untuk memaksa bawahan berperilaku seperti apa yang dia inginkan. Lain halnya, dengan orang yang mempunyai motif aktualisasi yang tinggi , ia menganggap jabatan tersebut sebagai tugas untuk meningkatkan produksi.
Interest sebagai sesuatu yang sangat diperhatikan seseorang dapat diperngaruhi oleh pengalaman atau latar belakang orang tersebut . Seseorang akan mempersepsi sesuatu yang berbeda dengan orang, tergantung pada interest yang dimiliki orang tersebut.
Experience atau pengalaman dapat mempengaruhi salah satu segi dari suatu objek atau peristiwa yang sangat diperhatikan oleh seseorang. Mialnya, seseorang yang sering ditipu atau dibohongi orang lain akan mempersepsi maksud baik orang lain sebagai suatu penipuan. Padahal, kenyataanya tidak demikian. Dan selanjutnya ialah expectation atau harapan-harapan seseorang terhadap sesuatu akan dapat mempengaruhi persepsi.
c. Faktor yang Berada dalam Objeck (Targets)
Faktor yang berada dalam objek yang dipersepsi terdiri dari novelty
(kebaruan), motion (gerak), sound (suara), size (ukuran), backround (latarbelakang),
dan proximity (kedekatan).
Novelty (kebaruan) yaitu sesuatu yang baru akan lebih diperhatikan dan menjadi dasar hukum dalam pemaknaan. Sesuatu yang baru dapat dipersepsi lebih bagus daripada sesuat yang lama. Motion (gerak) dapat mempengaruhi persepsi. Gerakan dapat mempengaruhi perhatian. Sound (nada) dapat mempengaruhi persepsi dalam suatu hal. Misalnya seseorang yang berbicara dengan keras dipersepsikan sebagai orang yang kasar.
Beberapa objek yang secara fisik memiliki kedekatan (proximity) cenderung sering dinyatakan sama, sejenis, atau kelompok. Misalnya, beberapa kejadian yang memiliki kedekatan waktu cenderung dipersepsikan berkaitan. Padahal, kenyataannya tidak berkaitan. Backround (latarbelakang) dapat mempengaruhi persepsi. Ini akibat perhatian pada latar belakang suatu objek yang berbeda.
Novelty (kebaruan) yaitu sesuatu yang baru akan lebih diperhatikan dan menjadi dasar hukum dalam pemaknaan. Sesuatu yang baru dapat dipersepsi lebih bagus daripada sesuat yang lama. Motion (gerak) dapat mempengaruhi persepsi. Gerakan dapat mempengaruhi perhatian. Sound (nada) dapat mempengaruhi persepsi dalam suatu hal. Misalnya seseorang yang berbicara dengan keras dipersepsikan sebagai orang yang kasar.
Beberapa objek yang secara fisik memiliki kedekatan (proximity) cenderung sering dinyatakan sama, sejenis, atau kelompok. Misalnya, beberapa kejadian yang memiliki kedekatan waktu cenderung dipersepsikan berkaitan. Padahal, kenyataannya tidak berkaitan. Backround (latarbelakang) dapat mempengaruhi persepsi. Ini akibat perhatian pada latar belakang suatu objek yang berbeda.
d. Persepsi terhadap Orang Lain
Secara lebih spesifik, penyimpanan persepsi pada manusia dapat terjadi
dalam beberapa bentuk yang, menurut Stephen P.Robbin terdiri dari :
1. Stereotyping, yaitu penilaian yang diberikan oleh seseorang ke orang lain berdasarkan
ciri-ciri spesifik yang memiliki kelompok dimana orang tersebut berasal.
2. Hallo Effect, yaitu memberikan kesan umum untuk seseorang didasarkan pada
satu ciri pribadi .
3. Projection, yaitu menyimpulkan seseorang berdasarkan cirri yang dimiliki
oleh orang yang mempersepsi.
4. Selective Perseption, yaitu seseorang yang melihat sesuatu ,pada
kepentingan, latar belakang, harapan-harapan.
B. Hubungan persepsi dan
pengambilan keputusan
Individu mengambil keputusan, pilihan yang dibuat
dari dua atau lebih alternatif. Manajer puncak menentukan sasaran organisasi
mereka, produk atau jasa apa yang akan ditawarkan, cara terbaik apa untuk
mendanai operasional, atau dimana lokasi sebuah pabrik manufaktur baru. Manajer
level menengah dan level rendah menetapkan jadwal produksi, memilih pekerja –
pekerja baru, dan menentukan bagaimana alokasi kenaikan gaji. Oleh karena itu
pengambilan keputusan individu merupakan bagian penting dari perilaku
organisasi. Tetapi cara individu mengambil keputusan dan kualitas pilihannya
sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka. Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas
masalah yaitu sebuah perbedaan antara situasi sekarang dan yang diinginkan,
yang mengharuskan kita mempertimbangkan alternatif – alternatif tindakan.
Setiap keputusan membutuhkan kita untuk
menginterpretasi dan mengevaluasi informasi. Kita umumnya menerima data dari
banyak sumber yang perlu kita saring, proses dan interpretasi. Data mana yang
relevan bagi keputusan dan mana yang tidak ? Persepsi kita akan menjawab
pertanyaan itu. Kita juga perlu mengembangkan alternatif dan mengevaluasi
kekuatan dan kelemahannya. Sekali lagi, proses perseptual kita akan
mempengaruhi hasil akhir. Selama proses pengambilan keputusan, kesalahan perseptual
sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.
C. Proses pengambilan
keputusan
1. Operational Research/Riset Operasi ; Penggunaan metode saintifik dalam
analisa dan pemecahan persoalan.
2. Linier Programming ; Riset dengan rumus matematis.
3. Gaming War Game ; Teori penentuan
strategi.
4. Probability ; Teori kemungkinan yang
diterapkan pada kalkulasi rasional atas hal-hal tidak normal.
Proses Pengambilan Keputusan
Menurut G. R. Terry :
1. Merumuskan problem yang dihadapi
2. Menganalisa problem tersebut
3. Menetapkan sejumlah alternatif
4. Mengevaluasi alternatif
5. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan
Menurut Peter Drucer :
a. Menetapkan masalah
b. Manganalisa masalah
c. Mengembangkan alternatif
d. Mengambil keputusan yang tepat
e. Mengambil keputusan menjadi tindakan efektif
Bentuk bentuk
pengambilan keputusan (decision making)
Pengambilan keputusan merupakan bagian terpenting dari manajer ,
yang dihubungkan dengan pelaksanaan perencanaan, dalam hal memutuskan tujuan
yang akan dicapai, sumber daya yang akan dipakai, siapa yang melaksanakan,
siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan yang diserahkannya dll. Bentuk
keputusan ini bisa berupa keputusan yang di program atau tidak, bisa juga di
bedakan antara keputusan yang dibuat antara kondisi kepastian , resiko dan
ketidak pastian. Keputusan terprogram yaitu keputusan yang dibuat menurut
kebiasaan, aturan atau prosedur yang terjadi secara rutin dan berulang-ulang.
contoh: penetapan gaji pegawai, prosedur penerimaan pegawai baru, prosedur
kenaikan jenjang kepegawaian dan sebagainya. Keputusan tidak terprogram yaitu
keputusan yang dibuat karena terjadinya masalah masalah khusus atau tidak
biasanya.contoh: pengalokasian sumber daya - sumber daya organisasi,penjualan
yang merosot tajam, pemakaian teknologi yang termodern,dan lain
sebagainya.Herbert A. Simon mengemukakan teknik-teknik tradisional dan modern
dalam pembuatan keputusan yang terprogram dan tidak terprogram.
Teknik pembuatan keputusan tradisional dan modern:
Tipe-tipe keputusan
|
Teknik-teknik
pembuatan keputusan
|
|
Tradisional
|
Modern
|
|
Diprogram:
Keputusan-keputusan rutin dan berulang-ulang.organisasi mengembangkan
proses-prose khusus bagi penangannya.
|
1. Kebiasaan
2. Kegiatan
rutin:prosedur-prosedur pengoperasian standar
3. Struktur
organisasi pengharapan umum system tujuan saluran-saluran informasi yang
disusun dengan baik
|
1. Teknik-teknik
riset operasi:analisa matematik model-model simulasi computer
2. Pengolahan
data elektronik
|
Tidak diprogram:
Keputusan-keputusan sekali pakai,kebijaksanaaan disusun tidak
sehat.ditangani dengan proses pemecahan masalah umum
|
1. kebijaksanaan
instuisi dan kreatifitas
2. coba-coba
3. seleksi
dan latihan para pelaksana
|
Teknik pemecahan masalah yang diterapkan pada:
a. Latihan
membuat keputusan
b. Penyusunan
program-program computer “heutistic”
|
D.
Etika pengambilan keputusan
Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu:
1.
Utilitarian, Keputusan-keputusan yang diamabil semata-mata atas dasar hasil atau
konsekuensi mereka. Tujuannya adalah memberikan kebaikan yang terbesar untuk jumlah
yang terbesar. Pandangan ini cenderung mendominasi pengambilan keputusan
bisnis, seperti efisiensi, prokduktifitas dan laba yang tinggi.
2.
Universalisme (duty), Ini menekankan pada baik buruk nya perilaku tergantung pada niat
(intention) dari keputusan atau perilaku. Paham ini adalah kebalikan (contrast)
dari utilitarianisme. Berdasarkan prinsip Immanuel Kant (categorical
imperative), paham ini mempunyai dua prinsip. Pertama, seseorang seharusnya
memilih suatu perbuatan. Kedua, orang - orang lain harus diperlakukan sebagai
akhir (tujuan), bukan sekedar alat untuk mencapai tujuan.
3.
Penekanan pada hak, Kriteria ini memberikan kesempatan kepada individu untuk mengambil
keputusan yang konsisten dengan kebebasandan keistimewaan mendasr seperti
dikemukakan dalam dokumen - dokumen (contoh Piagam Hak Asasi). Suatu tekanan
pada hak dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi hak
dasar dari individu.
4.
Penekanan pada keadilan, Ini mensyaratkan individu untuk menegakan dan memperkuat aturan - aturan
yang adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan biaya yang
pantas. Keadilan distributif, perilaku didasarkan pada satu nilai keadilan.
5.
Relativisme
(self-interest), Ini menekankan bahwa
baik buruknya perilaku manusia didasarkan pada kepentingan atau kebutuhan
pribadi (self-interest and needs). Dengan demikian, setiap individu akan
mempunyai kriteria moral yang berbeda dengan individu lainnya, atau akan
terjadi perbedaan kriteria moral dari satu kultur ke kultur lainnya.
Langkah-langkah untuk mengambil keputusan yang beretika yaitu:
1.
Mengidentifikasi fakta
dan seluruh kelompok pemangku kepentingan serta kepentingannya yang
terpengaruh.
2.
Merangking pemangku
kepentingan dan kepentingannya, mengidentifikasi yang terpenting dan memberikan
bobot terhadapnya lebih dari isu yang lain dalam analisis.
3.
Menilai
dampak tindakan yang ditawarkan pada masing-masing kepentingan kelompok
pemangku kepentingan dengan memperhatikan keberadaan mereka, perlakuan adil,
dan hak lainnya, termasuk harapan kebajikan, menggunakan kerangka kerja
pertanyaan secara menyeluruh dan meyakinkan bahwa perangkap umum yang
dibicarakan kemudian tidak masuk dalam analisis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh oleh setiap individu
untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna
kepada lingkungan mereka. Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan
berusaha menginterprestasikan apa yang ia lihat, interprestasi itu sangat
dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi individu yang melihat.
Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi terdiri dari sikap,
kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan. Teori
persepsi, persepsi yang diberikan terhadap orang akan berbeda dengan persepsi terhadap
objek mati, terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan
dengan cara membuat penilaian mengenai orang lain atau persepsi orang adalah
teori atribusi; teori yang mengarahkan bagaimana kita mengamati perilaku
individu dan mencoba menentukan apakah masalah tersebut ditimbulkan secara
internal atau eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
P. Robbins, Stephen, “Perilaku Organisasi”, Prentice Hall,
2001, Jilid 1 Bab 5
Tunggal, Amin Widjaja. Kamus Manajemen SDM dan Perilaku Organisasi. 1997. Jakarta: Rineka Cipta
Tunggal, Amin Widjaja. Kamus Manajemen SDM dan Perilaku Organisasi. 1997. Jakarta: Rineka Cipta
Atmosudirdjo, Prajudi. 1978. Pengambilan Keputusan
(decisions making), Cetakan kedelapan. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Suprihanta John.Manajemen
umum sebuah pengantar.Yogyakarta.BPFE Yogyakarta. 1988.
(2013).pendekatandalampengambilankeputusan.http://juprilumbantoruan.blogspot.co.id/2013/10/pendekatan-dalam-pengambilan-keputusan.html.
09 Oktober 2015.
Komentar
Posting Komentar