Makalah Struktur Sosial Pada Masyarakat Modern



STRUKTUR SOSIAL PADA MASYARAKAT MODERN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Ulangan Tengah Semester
SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
Dosen Pengampu :
Gigih Wahyu Pratama, M.A


Disusun Oleh :
1.        Asmaritafauzia                 (12201173061)
Absen 13

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 3-B
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
Desember 2018


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Struktur Sosial Dalam Masyarakat Modern’. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah.
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya penyusun membutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1.        Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah berusaha memberikan fasilitas terbaik kepada penulis khususnya, kepada seluruh mahasiswa/ mahasiswi pada umumnya.
2.        Gigih Wahyu Pratomo, M.A selaku dosen pembimbing mata kuliah Sosiologi Pendidikan Islam yang senantiasa membimbing penulis dalam penulisan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi kebaikan dan kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya.
 Tulungagung,07 Desember 2018
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A.    Latar Belakang.............................................................................................. 1
B.    Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C.    Tujuan Penulisan............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
A. Pengertian Struktur Sosial ............................................................................. 2
B. Masyarakat Modern (kota)..............................................................................3
BAB III PENUTUP......................................................................................... 12
A.    Kesimpulan.................................................................................................. 12
B.  DAFTAR RUJUKAN................................................................................ 13




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
     Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dengan demikian dapat diartikan bahwa masyarakat merupakan wadah untuk berinteraksi sehingga menghasilkan sesuatu kebudayaan. Masyarakat juga merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
        Seiring berkembangnya waktu dengan berkembangnya jaman dan berkembanya tegnologi, maka kebudayaan dalam suatu masyarakat selalu berubah ubah, baik dari segi budaya, adat-istiadat, moral, tingkah laku, pengetahuan, pola fikir dan sebagainya. Wajah kebudayaan yang sebelumnya dipahami sebagai proses linier yang selalu bergerak kedepan dengan berbagai penyempurnaanyajuga mengalami perubahan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Struktur Sosial ?
2.      Bagaimana kompleksitas Struktur Sosial pada Masyarakat Modern?
C.    Tujuansan
1.      Untuk mengettahui apa itu Struktur sosial
2.      Untuk mengetahui Kompleksitas Struktur Sosial pada Masyarakat Modern

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Struktur Sosial
ketika berbicara mengenai struktuk sosial berarti kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu struktur soaial dan bagaimana sebenarnya yang dimaksud dengan struktur sosial? Struktur sosial adalah suatu tatanan dalam kehidupan sosial yang didalamnya  terdapat hubungan status dan peran sosial dengan batasan unsur sosial sehingga kemudian kondisi ini membentuk kelompok sosial didalam masyarakat tertentu.
 Karena sesungguh nya didalam ilmu sosiologi terdapat banyak teori  dan paradikma yang mengiringinya, teori paradikma tersebut dijadikan sebagai dasar dalam perjalanan  ilmu sosiologi. Struktur sosial mempunyai hubungan erat dengan perilaku sosial yang alementer dalam kehidupan manusia sehari-hari dalam struktur sosial yang dapat menciptakan hubungan antara kelompok masyarakat.
Dan didalam struktur sosial memiliki empat eleman dasar. Empat elemen dasar tersebut yaitu: status sosial, peran sosial, kelompok sosial, dan institusi.
1.      Status sosial, setatus sosial merupakan status kedudukan atau posisi soaial seseorang dalam kelompok masyarakat, status sosial tersebut meliputi keseluruhan posisi sosial yang terdapat dalam suatu kelompok besar masyarakat mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi
2.      Perana sosial, merupakan seperangkat harapan seseorang yang menempati suatu posisi atau status sosial tertentu di masyarakat.
3.      Kelompok, merupakan sejumlah orang yang memiliki norma-norma, nilai-nilai, dan harapan yang sama serta secara sadar dan  teratur untuk saling berinteraksi.
Dan didalam Mansyarakat Modern, struktur sosial bersifat terbuka dan bersifat sukarela. Jadi yang berkembang yang menjadi tiang masyarakat adalah organisasi politik, organisasi ekonomi, organisasi sosial, dan termasuk organisasi prefesional dan fungsional.[1]
Dalam buku Sosiologi kelompok dan masalah sosial  (abdul Syani:1987), dijelaskan bahwa dalam struktir sosial banyak dijumpai berbagai aspek perilaku sosial, perilaku sosial menunjukan adanya suatu gejala yang tetap pada kehidupan masyarakat setelah melalui tahapan perubahan-perubahan tertentu. Dengan struktur sosial, maka secara psikologi anggota masyarakat merasa ada batasan-batasan tertentu dalam setiap melakukan aktifitasnya, individu senantiasa menyesuaikan diri dengan ketertiban dan keteraturan masyarakat yang ada.[2]
B.     Masyarakat Modern (Masyarakat Kota)
Dalam bahasa inggris masyarakat adalah society  yang berasal adri kata   sicius yang artinanya kawan, sedangkan kata masyarakat berasal dari bahasa arab yaitu syirt,  yang artinya bergaul adanya sering bergaul ini tentu ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan desebabkan oleh manusia seseorang melaikan desebabkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan, manusia muali dari lahir sampai mati sebagai anggota masyarakat mereka bergaul dan saling berinteraksi, karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur yang merupakan kebutuhan sesama, dengan demikian bahwa hidup dimasyarakat bearti adanya interaksi sosial dengan orang-oranag sekitar dan demikian pula mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain.
Sedangkan menurut Ralph Linton menyatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan  menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas yang dirumuskan dengan jelas. Dan sedangkan menurut Selo Sumarjdan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.[3]
Dipandang dari cara terbentuknya, masyarakat dapat dibagi dalam:
1.      Masyarakat paksaan, misalnya : negara, masyarakat tawanan dan lain-lain
2.      Masyarakat merdeka, yang terbagi dalam:
a)      Masyarakat natuur, yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti gerombolan (horde), suku, yang bertalian karena berhubungan darah atau keturunan
b)       Masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan, misalnya, koperasi, kongsi perekonomian, gereja dan sebagainya.[4]

Masyarakat modern  atau kota adalah sebagai pusat pendomisilian yang tingkatan-tingkatannya sesuai dengan sistem administrasi negara yang bersangkutan, disamping itu  masyarakat tesebut juga merupakan pusat dari kegiatan-kegiatan kebudayaan, sosial, ekonomi, dan komunikasi. Pertambahan penduduk dan kemajuan tehnik merupakan dua hal yang sangat besar pengaruhnya atas situasi dan perkembangan masyarakat, dan perkembangan yang dimaksud adalah suatu pertumbuhan yang menjadikan masyarakat selalu berubah (bertambah).[5]
Dan setiap pembahasan mengenai modernisasi harus berhadapan dengan adanya postulasi bahwa modernisasi, paling tidak dalam pengertiannya sekarang sinonim dengan waternisasi. Jelas karena cara berpakaian , pola konsumsi dab gaya hidup pada umumnya dari orang Modern dan bersumber dari orang barat, dan yang dimaksud Barat disini adalah sistem nilai yang awalnya berkembang di eropa bagian barat dan menyebar ke benua lain.
Ada satu model masyarakat Modern. Namun, pada umunya para pakar sepakat bahwa ciri utama yang melatar belakangi sistem atau model mana pun dari suatu masyarakat modern, adalah derajat rasionalitas yang tinggi dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan dalam masyarakat demikian terselenggarakan berdasarkan nilai-nilai dan dalam pola-pola yang objektif dan efektif, daripada yang sifatnya primordial, seremonial atau tradisional.
Derajat rasionalitas yang tinggi itu digerakkan oleh perkembangan-perkembangan  Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Oleh karena itu, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi seringkali disebut kekuatan pendorong (driving force) bagi proses modernisasi.[6]
Ciri-ciri masyarakat kota (Modern) sebagai berikut:
1.      Heterogenitas Sosial
Kota merupakan melting pot bagi aneka suku maupun ras, sehingga masing-masing kelompok berusaha diatas kelompok yang lain, maka dari itu sering terjadi usaha untuk memperkuat kelompoknya untuk melebihi kelompok yang lain. Misalnya, mengumpulkan dan mengorganisir kelompoknya secara rapi, memelihara jumlah anak yang banyak lagi kelompok minoritas, dan sebagainya. Disamping itu kepadatan penduduk memang mendorong terjadinya persaingan dalam pemanfaatan ruang.
2.      Hubungan sekunder
Dalam masyarakat kota pergaulan dengan sesama anggota (orang lain) serba sebatas pada bidang hidup tertentu, misalnya teman kerja, teman seagama atau seorganisasi yang lain, jadi pergaulan yang mendalam secara kekeluarga dan saling mengisi kebutuhan sulit dilakukan.
3.      Toleransi Sosial
Pada masarakat ini orang tidak memperdulikan tingkah laku sesamanya secara mendasar dan pribadi sebab masing-masing anggota mempunyai kesibukan sendiri, sehingga komtrol sosial pada masyarakat kota dapat dikatakan lemah sekali. Walaupun ada kontrol sosial tetapi sifatnya non pribadi. Selama tingkah laku dari orang yang bersangkutan tidak merugikan umum atau tidak bertentangan dengan norma yang ada, masih dapat diterima dan ditoleransi.
4.      Kontrol Sekunder
Anggota masyarakat ini secara fisik tinggal berdekatan, tetapi secara pribadi atau sosial berjauhan. Dimana ada anggota masyarakat yang susah, senang jahat, dan lain sebagainya, anggota masyarakat yang lain tidak mau mengerti. Urusan orang lain biarlah diurus sendiri sedangkan ia sibuk mengurus tugasnya sendiri. Maka dari itu dapat terjadi disuatu tempat diwaktu yang sama dan bersuka ria (dance), sedang tetangganya sementara  menangisi orang meninggal.
5.      Mobilitas Sosial
Dikota sangat mudah sekali terjadi perubahan maupun perpindahan status, tugas maupun tempat tinggal. Tidak jarang yang orang yang semula bekerja pada suatu instansi kemudian bekerja pada instansi yang lain menduduki posisi yang lebih tinggi. Dikota besar perpindahan tempat tinggal menunjukan frekuensi yang lebih tinggi seseorang yang tinggal disuatu rumah kemudian menjual dan membeli lagi terjadi dalam proses yang gampang dan lancar.
6.      Individual
Akibat hubungan sekunder, maupun kontrol sekunder, maka kehidupan masyarakat dikota menjadi individual. Apakah yang mereka inginkan dan rasakan, harus mereka rencanakan dan laksanakan sendiri, bantuan dan kerja sama dari anggota masyarakat yang lain sulit untuk diharapkan.
7.      Ikatan sukarela
Walaupun hubungan sosial bersifat sekundar, tetapi dalam organisasi tertentu yang mereka sukai (kesenian, olah raga, politik), secara sukarela ia menggabungkan diri dan berkorban.
8.      Segregasi keruangan
Akibat dari heterogenitas sosial dan dan kompitisi ruang, terjadi pola sosial yang berdasarkan pada sosial ekonomi, ras, agama, suku bangsa, dan sebagaimanya. Maka dari itu akhirnya terjadi pemisah tempat tinggal dalam kelompok-kelompok tertentu, oleh karena itu, dikota pernah kita jumpai kampung cina, kampung arab, kampung orang beragama islam, kampung elite, dan sebagainya.[7]
Keterasingan jiwa terhadap agama di tengah deru modernitas, seperti sabda Rasulullah SAW, “islam yang muncul dianggap sebagai hal yang asing, akan kembali asing seperti semula, dan beruntunglah orang-orang yang terasing, yang mengadakan perbaikan  apa saja yang dirusak manusia”. Kata gharib bearti “sesuatu yang asing”  atau bisa juga diartikan sebagai “ sesuatu yang aneh”. Dan nyatanya ajaran agama memang selalu dianggap asing oleh manusia, bukan agamanya yang dianggap asing, tetapi subtansi hadist ini adalah kebenaran ajaran dan nilai yang dikandungnya yang diasingkan dari aplikasi kehidupan manusia modern.
Maka yang perlu kita cermati dewasa ini, anggapan aneh atau asing terdapat pola doktrin agama yang lebih bernuansa psikologi, yang dimaksud bukanlah keasingan sebagai sebuah tradisi atau adat istiadat, disamping bukan agama secara formal. Sebab semua manusia hampir-hampir menerima agama formas sebagai “ pakaian” selain yang terang-terangan mengatakan atheis.
Keanehan yang lantas dianggap asing pada masa permulaan islam dapat kita ambil contoh seperti penghormatan secara wajar terhadap kehormatan posisi wanita, hidup sederhana, tidak hidup konsuptif, tidak mengandalkann kekuatan fisik, marga atau harta, tidak bersikap primordial, eksklusif, dan sebagainya.
Pada era modern ini, banyak hal dari wacana agama ataupun keagamaan yang dianggap aneh dan asing seperti, pengembangan tauhid, tawakal, tidak menyembah materi, menerima lillahitaala, ikhlas, jujur melawan arus dan sebagainya. Namau Rasulullah menyebutkan,  gharib yang paling dianggap aneh  oleh manusia modern saat ini adalah memperbaiki kerusakan yang dibuat manusia. Tidak gampang, konstrivesial, terkesan melawan arus, juga mungkin berbahaya, dimensinya lebih merupakan tindakan nahy munkar  dari pada  Amar ma’ruf.
Psikolog Eric Fromm (1983) menyebutkan bahwa ketersaingan manusia dari jiwanya sendiri terjadi karena manusia telah mempertuhankan hasil-hasil indrustri yang dihasilkan oleh tangan mereka sendiri, alienasi ini dari sudut pandang psikolog memang wajar. Karena industri merupakan implikasi logis dari kemodernan. Modern itu sendiri tumbuh dari era teknikalisasi sebagai akibat lebih lanjud dari renaissance barat yang melahirkan ilmu pengetahuan yang tehnologi. Ketika teknilogi mulai mendominasi, bahkan melampaui ilmu pengetahuannya, maka saat itu perkembangan psikologi masyarakat terlampaui kecepatannya, jadilah kesenjangan teknologi secara masal, dan memubculkan alienasi tersebut.
Dan tetapi realita yang akan terbentuk sejarah adalah penanganan psikologi terhadap masyarakat modern.mereka bersaing secarapsikis dan klinis, mereka tidak lagi membutuhkan janji-janji dan dokrin agama yang sudah dianggap biasa dan lagi pula kaku. Mereka mengharap siaran keagamaan yang mampu memberi terapi pada kedalaman jiwanya yang dihilangkan dan dikaburkan oleh hasil-hasil kemodernan, mereka telah kehilangan “ makna hidup” kata toffler, sehingga untuk membentuk masyarakat era gelombang ketiga (the thirth wave,  sebutan toffler untuk masyarakat masa depan), makna hidup harus menjadi pondasinya.nila demikiaan. Berarti . bukankah agama harus pula menitik beratkan pada “makna hidup” agar kemanusiaan kembali terwujud?  dan bukankah ini membutuhkan pendekatan agama yang etoris serta substansil.[8]





  BAB III
                                                            PENUTUP
A.    Kesimpulan

1.      Struktur sosial adalah suatu tatanan dalam kehidupan sosial yang didalamnya  terdapat hubungan status dan peran sosial dengan batasan unsur sosial sehingga kemudian kondisi ini membentuk kelompok sosial didalam masyarakat tertentu.  Dan didalam struktur sosial memiliki empat eleman dasar. Empat elemen dasar tersebut yaitu: status sosial, peran sosial, kelompok sosial, dan institusi.
2.      Sedangkan menurut Ralph Linton menyatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan  menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas yang dirumuskan dengan jelas. Dan sedangkan menurut Selo Sumarjdan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Masyarakat modern  atau kota adalah sebagai pusat pendomisilian yang tingkatan-tingkatannya sesuai dengan sistem administrasi negara yang bersangkutan, disamping itu  masyarakat tesebut juga merupakan pusat dari kegiatan-kegiatan kebudayaan, sosial, ekonomi, dan komunikasi.




DAFTAR RUJUKAN

Abdulsyani. 2007. Sosiologi Sistematika Teori Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Noor, Arifin. 1997.  Ilmu Sosial  Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia
Ahmad, Abu. 2009.  Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Renika Cipta
Maunah, Binti. 2016. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Kalimedia
Tim penyusun MKD dkk. IAD ISD IBD. 2011. Bandung:  Perpustakaan Nasional
Ejjournal.iainpurwokerto.ac.id/indeks.php/komunikasi/artikel/view/827/706 Pada Tanggal 7 Desember 2018 (19:30)
Perpustakaam.Bappenas.go.id Tanggal 7 Desember 2018 (17:10)



[1] Binti Maunah, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Kalimedia, 2016), hal 88-89
[2] Abdulsyani, Sosiologi skematika teori dan terapan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal  70
[3] Tim Penyusun MKD dkk, IAD ISD IBD, (Bandung: Perpustakaan Nasional, 2011), hal 90-91
[4] Abu Ahmadi,Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hal 227
[5] Arifin Noor, Ilmu sosial Dasar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hal 194
[6] Perpustakaan. Bappenas.go.id tanggal 7 desember 2018,  (17:10)
[7] Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997),hal 198-200
[8] Ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/komunikasi/artikel/view/827/706 Tanggal 7 Desember 2018  (19:30)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Bisnis Syariah Sebagai Pekerjaan Mulia

Makalah Persepsi dan Pengambilan Keputusan

Makalah wirausaha dan wiraswasta